BAB 13
PENGANTAR
METODA SEISMIK
·
Metoda seismik
didasarkan pada prinsip perambatan gelombang yang mengikuti Hukum
Snellius, Hukum Fermat, dan Hukum Huygen.
1.
Hukum Snelius
Ketika
gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui
sebelumnya, maka gelombang akan terbagi. Gelombang tersebut sebagian
terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan merambat dibawah
permukaan.
Apabila sinar datang dari medium optis kurang rapat ke medium optis lebih
rapat, maka sinar tersebut akan dibiaskan cenderung mendekati garis normal,
jadi sudut datang akan lebih besar dari sudut bias dan sebaliknya apabila sinar
datang dari medium optis lebih rapat ke medium optis kurang rapat, maka sinar
akan dibiaskan cenderung menjauhi garis normal, sehingga sudut datang akan
lebih kecil dari sudut bias.
Gambar 1.1
Hukum Snellius
2.
Hukum Fermat
Menurut
Fermat, besarnya sudut pantul akan sama dengan besarnya sudut datangnya cahaya.
Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu
penjalarannya. Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang
memiliki variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan
cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona
kecepatan rendah (Jamady, 2011).
3. Hukum Huygen
Prinsip Huygen menyatakan bahwa setiap titik pada muka
gelombang merupakan sumber bagi gelombang baru.Posisi dari muka gelombang dalam
dapat seketika ditemukan dengan membentuk garis singgung permukaan untuk semua
wavelet sekunder. Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme dimana sebuah
pulsa seismik akan kehilangan energi seiring dengan bertambahnya kedalaman
(Asparini, 2011).
Gambar 1.2 Prinsip Huygen
·
Aplikasi metoda seismik
biasanya terdiri dari dua
macam yaitu Seismik Refraksi dan Seismik Refleksi.
1.
Seismik Refraksi
Metoda seismik refraksi
memanfaatkan gelombang seismik yang direfraksikan mengikuti batas-batas lapisan
batuan di bawah permukaan. Waktu tempuh gelombang antara sumber gelombang dan
penerima (geofon) akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan kedalaman
lapisan. Metoda seismik refraksi banyak digunakan untuk eksplorasi dangkal dan
keteknikan. Berdasarkan hukum Snellius, besarnya sudut datang akan menentukan
apakah gelombang itu dipantulkan atau dibiaskan.
Gambar 2.1 Cara kerja eksplorasi seismik refraksi
Sudut datang di mana gelombang akan sejajar dengan
lapisan (kritis) disebut sudut kritis
Gambar 2.2 Sudut kritis
Agar gelombang dapat terbiaskan (r = 90o)
maka sudut datangnya
Untuk menghitung ketebalan lapisan (Z), diperlukan
informasi waktu penjalaran gelombang dari sumber ke penerima secara tegak
(vertikal) yang disebut intercept time (ti):
Ketebalan lapisan diperoleh dari rumus:
Secara sederhana kurva waktu rambat dan perhitungan
ketebalan dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Perhitungan ketebalan lapisan pertama untuk
kasus dua lapisan
2.
Seismik Refleksi
Metoda seismik refleksi
memanfaatkan waktu tempuh perambatan gelombang yang dipantulkan kembali oleh
bidang batas batuan. Rekaman waktu tempuh gelombang pantul untuk suatu
lintasan, setelah melalui pengolahan data akan memberikan gambaran bawah
permukaan berdasarkan perbedaan kecepatan gelombang yang dipengaruhi oleh
densitas batuan. Refleksi gelombang tersebut direkam dengan alat dan
menunjukkan berbagai variasi amplitudo sebagai respon dari berbagai pelapisan
di bawah permukaan bumi (Gambar 2.5), sehingga lapisan-lapisan tersebut akan
muncul sebagai horizon reflektor (Gambar 2.6.). Jika kecepatan masing-masing
lapisan tadi dapat dihitung dari waktu pantul yang direkam (v = s/t) kedalaman
masing-masing lapisan dapat dihitung (Santoso, 2002).
Gambar
2.4 Prinsip seismik refleksi untuk lapisan mendatar dengan kecepatan tetap
Gambar 2.5 Model lapisan
geologi bawah permukaan hingga jejak seismik dengan berbagai reflektor
Gambar 2.6 Contoh penampang
hasil penyelidikan Seismik Refleksi
Wilayah kajian besar dalam seismik refaksi mencakup:
Ø Akuisi data
Ø Pengolahan data
Ø Interpretasi data
Conoh data lapangan yang dalam proses pengolahan dapat
dilihat pada Gambar 2.6, di mana di sini akuisi data dilakukan dengan cara split spread. Sesudah pengolahan selesai
dilakukan akan diperoleh data yang siap ditafsirkan berupa jejak seismik yang
rangkaian amplitudonya dapat menggambarkan reflektor sebagai batas antar satuan
lapisan atau formasi (Gambar 2.7). Penampilan hasil interpretasi dapat dibuat
dalam bentuk peta kontur atau dapat pula dalam visualisasi permukaan seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2.8 (Santoso, 2002).
Gambar 2.7 Contoh rekaman
data seismik dalam proses pengolahan dengan cara akuisi “split spread”
Gambar 2.8 Rekaman hasil
pengolahan yang siap ditafsirkan dari salah satu lapangan minyak di Cekungan
Sumatra Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar