BAB
11
METODE GEOMAGNETIK
A. Metoda
Geomagnet
Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang
memanfaatkan sifat kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini
diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi susceptibility batuan di bawah
permukaan pada arah horizontal. Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat
dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang
tidak. Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan kearah
horizontal, maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda
Resistivity 2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan untuk daerah yang luas,
dengan tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang
prospek selanjutnya dilakukan survey Resistivity 2D.
Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang
bumi dengan menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi
lain, geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak
terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya
pada permukaan (Dobrin dan Savit, 1988). Secara umum, metode geofisika dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:
v Metode pasif dilakukan dengan
mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi.
v Metode aktif dilakukan dengan
membuat medan gangguan kemudian mengukur respon yang dilakukan oleh bumi.
Medan
dalam ilmu geofisika terdiri dari 2 :
v Medan alami adalah misalnya radiasi
gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnet bumi, medan listrik
dan elektromagnetik bumi serta radiasi radiokativitas bumi.
v Medan buatan dapat berupa ledakan
dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan
lain sebagainya.
Medan
magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen
medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
v Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik
dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara menuju timur
v Inklinasi (I), yaitu sudut antara medan magnetik
total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju
bidang vertikal ke bawah.
v Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik
total pada bidang horizontal.
v Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan
magnetik total.
B.
Prinsip Dasar Geomagnet
Jika dua kutub magnet
dengan kuat kutub
m1 dan m2 terpisah sejauh r, maka gaya
tarik menarik diantara keduanya adalah berbanding
lurus dengan m1 dan m2 dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Secara matematis dapat
diekspresikan sebagai berikut
:
F
= (m1 m2) / (4p m r2) ............
(II-20)
Pada
persamaan tersebut di atas
:
m = permeabilitas magnet
dari medium antara m1 dan
m2
m1,m2= pole strength
r = jarak
m1 dan m2
Gambar 1 Garis fluks magnetik di sekitar batang magnet
Perhatikan gambar II-8. Di sekitar batang
magnet terdapat fluks magnet yang ditunjukkan dengan garis fluks (pada gambar berwarna
merah) yang
memusat menuju kutub magnet. Jumlah fluks per satuan luas disebut Densitas Fluks atau
notasinya B dengan satuan webwe/m2 =
teslas. B disebut juga
induksi magnet. Karena
terlalu besar, maka
pada praktek pengukuran tidak dipergunakan satuan teslas melainkan nanotesla dimana 1
nT = 10-9 T.
C.
Sifat Kemagnetan Batuan
Berdasarkan
sifat kemagnetiannya,
material
pembentuk batuan
dapat
dibagi menjadi
(Telford et all 1990) :
1. Diamagnetik
2.Paramagnetik
3. ferromagnetik
4. Antiferromagnetik
5. Ferrimanetik
1. Diamagnetik
Dalam
batuan diamagnetik atom-atom
pembentuk
batuan mempunyai
kulit elektron yang telah jenuh yaitu tiap elektron berpasangan dan mempunyai spin
yang berlawanan dalam tiap pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan membuat putaran yang menghasilkan medan magnet lemah yang
melawan medan magnet luar tadi. Dengan demikian dapat dikatakan material magnetik tadi mempunyai
sifat
:
Ø suseptibilitas
k negatif dan kecil
Ø suseptibilitas
k tidak tergantung kepada medan luar H.
Contoh
: bismuth, gipsum, marmer,
kuarsa, garam.
2. Paramagnetik
Didalam bahan paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang
belum jenuh yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan dan mengarah pada arah spin
yang sama. Jika terdapat medan
magnetik luar,
spin
tersebut
akan
membuat putaran menghasilkan
medan magnet yang mengarah searah
dengan medan
tersebut sehingga memperkuatnya. Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi
acak oleh agitasi termal.
Oleh karena itu,
bahan
tersebut dapat dikatakan mempunyai
sifat:
Ø susepbilitas k positif dan
sedikit lebih besar
dari
satu
Ø susepbilitas k tergantung kepada temperatur
contoh : piroksen, olivin,
garnet, biotit, amfibolit,
dll.
3. Ferromagnetik
Pada bahan ferromagnetik terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh
satu elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan
luar. Keadaan
ini diperkuat lagi oleh adanya kelompok-kelompok bahan berspin searah yang
membentuk
dipol-dipol magnet (domain) mempunyai
arah
searah, apalagi jika
di
dalam magnet
magnet luar. Sifat bahan ferromagnetik :
Ø susepbilitas positif dan
jauh lebih besar dari satu
Ø susepbilitas bergantung pada temperatur
contoh: besi, nikel,
kobalt.
4. Antiferromagnetik
Pada bahan antiferromagnetik domai-domain
tadi menghasilkan dipol magnetik yang saling berlawanan arah
sehingga momen magnetik secara keseluruhan
sangat kecil. Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal akan
mengalami
medan magnet kecil dan susepbilitasnya seperti
pada
bahan paramagnetik.
Contoh : hematit ( Fe2O3)
5.
Ferrimagnetik
Pada bahan ferrimagnetik
domain-domain
tadi
juga
saling antiparalel tetapi
jumlah dipol pada masing-masing arah tidak sama
sehingga masih mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Susepbilitasnya tinggi dan tergantung
pada
temperatur.
Contoh : magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), pirhotit (FeS),
hematit (FeO2)
Gambar 2 Skematik dari momen magnet (Reynolds., 1997)
Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetan
bumi.
Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi susceptibility
batuan di bawah permukaan pada arah
horizontal. Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir
/
dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak.
Mengingat survey
ini hanya bagus untuk pemodelan kearah horizontal, maka untuk
mengetahui
informasi kedalamannya diperlukan
metoda
Resistivity
2D. Jadi, survey
geomagnet
diterapkan
untuk
daerah
yang
luas, dengan tujuan
untuk
mencari daerah prospek. Setelah
diperoleh daerah yang prospek selanjutnya dilakukan survey Resistivity 2D.
Metode Geofisika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang bumi dengan
menggunakan pengukuran fisis pada
atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat
langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan (Dobrin dan Savit, 1988).
Secara
umum, metode geofisika dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:
· Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan
oleh bumi.
· Metode aktif
dilakukan dengan membuat
medan
gangguan
kemudian
mengukur respon yang dilakukan
oleh bumi.
Medan
dalam ilmu geofisika terdiri
dari 2 :
- Medan alami adalah misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi
bumi, medan magnet bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta
radiasi radiokativitas bumi.
- Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam
tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.
D.
Medan
Magnet Bumi
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter
fisis atau disebut juga elemen medan magnet bumi,
yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya.
Parameter fisis tersebut meliputi :
- Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara
magnetik dengan komponen
horizontal yang dihitung dari utara
menuju timur
- Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang
horizontal
yang dihitung dari
bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
- Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal.
- Medan
magnetik total (F), yaitu
besar dari vektor medan magnetik total.
Medan magnet
utama
bumi
berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan
nilai- nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut
International
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali.
Nilai-nilai IGRF
tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang
dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi
terdiri dari 3 bagian :
1. Medan
magnet utama (main
field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang
cukup lama mencakup daerah
dengan luas lebih dari 106
km2..
2. Medan
magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar
berasal dari pengaruh luar bumi
yang merupakan
hasil ionisasi
di atmosfer yang
ditimbulkan oleh sinar
ultraviolet
dari matahari. Karena
sumber medan luar ini berhubunga dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka
perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih
cepat.
3. Medan
magnet anomali
Medan magnet anomali
sering juga disebut medan magnet lokal
(crustal field).
Medan magnet
ini dihasilkan
oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti magnetite (), titanomagnetite () dan
lain-lain yang berada di
kerak bumi.
Dalam
survei dengan
metode magnetik yang
menjadi target
dari pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali
magnetik).
Secara garis besar
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan
magnetik
induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang
besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta
berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan
medan
magnetik remanen
dan induksi,
bila arah medan magnet
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka
anomalinya bertambah besar. Demikian
pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet
utama bumi (Telford,
1976),
E.
Metode Pengukuran Data Geomagnetik
Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya
adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM)
yang digunakan untuk
mengukur nilai kuat medan
magnetik total. Peralatan lain yang
bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur posisi
titik pengukuran yang
meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi
menggunakan bantuan satelit.
Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat
luas dan tidak terganggu oleh
gunung, bukit, lembah dan
jurang.